Blogger Pribadi

Selasa, 13 Maret 2018

Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara memiliki beberapa tempat bersejarah seperti Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas di dunia. Selain itu masih ada Istana Malige di Kota Baubau,  benteng kerajaan Kabaena di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana dan Benteng Liya yang berada di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tempat-tempat tersebut menjadi saksi keberadaan dan kejayaan kerajaan yang dahulu berada di Provinsi yang beribukota di Kota Kendari ini. Keberadaan sebuah kebudayaan pada masa lampau tentu tidak akan terlepas dari alat yang disebut sebagai senjata. Baik senjata untuk berperang dan mempertahankan diri maupun senjata dan peralatan tradisional untuk bercocok tanam, berburu dan mengambil hasil hutan/pertanian.

Kali ini kita akan mengenal beberapa senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Beberapa senjata yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar digunakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara untuk bercocok tanam atau peralatan rumah tangga sehari-hari. Sebagian lagi digunakan sebagai benda sejarah, aksesoris maupun hiasan.

Senjata Tradisional Kalimantan Barat

Provinsi Kalimantan Barat dihuni oleh masyarakat dari latar belakang budaya yang heterogen. Masyarakat Melayu, Dayak, Tionghoa, dan Jawa hidup saling berdampingan sejak dahulu dalam kerukunan dan kebersamaan. Karena hal ini, tak heran bila kemudian budaya masyarakat Kalimantan Barat menjadi salah satu yang paling unik di Nusantara. Keunikan tersebut misalnya dapat kita temukan pada beragam senjata tradisional yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Nah, di kesempatan ini kami akan mengulas senjata tradisional Kalimantan Barat tersebut dan keunikan-keunikan yang dimilikinya. Senjata Tradisional Kalimantan Barat Sebetulnya ada banyak ragam dan jenis senjata yang dimiliki masyarakat Kalimantan Barat di masa silam. namun, saat ini sebagian senjata tersebut mengalami kepunahan karena tergerus arus globalisasi. Hanya sedikit di antaranya yang dapat bertahan sehingga tetap lestari hingga kini, misalnya senjata tradisional sipet, lonjo, telawang, mandau, dan dohong. Selengkapnya : Senjata Tradisional Indonesia dari 35 Provinsi 1. Senjata Tradisional Sipet Sipet adalah bahasa Dayak untuk menyebutkan senjata tiup bernama sumpit. Senjata ini terdiri dari 2 bagian, sipet atau selongsong yang terbuat dari bambu atau kayu berongga, serta damek atau anak sumpit. Selongsong sipet umumnya memiliki panjang sekitar 1,5 sampai 2,5 meter. Sementara rongga di bagian tengah ukurannya antara 0,35 sampai 0,75 cm. Kayu dan rongga sipet harus lurus 100% untuk membuat tembakan menjadi akurat. Selongsong sipet digunakan dengan damek sebagai anak sumpitnya. Damek terbuat dari bambu atau kayu yang tajam berukuran kecil. Untuk keperluan perburuan atau perang, mata damek yang tajam biasanya diberi bisa racun yang terbuat dari getah pohon ipuh. Getah racun ini sangat mematikan. Bila damek beracun melukai seekor harimau dewasa, maka harimau tersebut biasanya akan mati dalam waktu kurang dari 10 menit. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat telah terbiasa menggunakan senjata ini sejak zaman nenek moyangnya dahulu. Mereka terutama kaum pria akan sangat piawai melakukan tembakan dengan senjata sederhana ini. akurasi tembakan yang tinggi ditambah teknik meniup dan membidik yang mumpuni membuat banyak tentara Belanda di masa silam sangat gentar bila harus berperang melawan mereka. Gambar di bagian paling atas adalah gambar dari senjata ini. bayangkan dengan senjata sederhana itu, pria dayak mampu menembakan damek atau anak sumpit hingga jarak 200 meter. 2. Senjata Tradisional Lonjo Selain damek, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat juga mengenal ragam senjata tradisional lainnya. Salah satunya adalah lonjo. Lonjo adalah semacam tombak dengan mata yang sangat runcing. Lonjo kerap dibawa ketika berburu untuk melumpuhkan hewan buruan dalam jarak dekat. Pada mata lonjo ini, kerap pula ditambahkan racun supaya daya serang senjata semakin fatal. Senjata tradisional Kalimantan Barat ini kadang juga dilengkapi dengan tangkai yang berongga. Tangkai tersebut bisa difungsikan sebagai pengganti selongsong sipet bila dalam keadaan terdesak.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2017/03/senjata-tradisional-kalimantan-barat.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

Senjata Tradisional Sumatra Barat

Senjata sejak zaman prasejarah sangat dibutuhkan dan digunakan dalam pencapaian kelangsungan hidup misalnya digunakan untuk berburu dan lainnya. Seiring perkembangannya senjata banyak digunakan beberapa kumpulan orang seperti suku sebagai identitas budaya.Tak dipungkiri pula hal tersebut berlaku di Indonesia dimana suku dan budayanya sangat beragam karena kontur geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga akan sangat berbeda senjata tradisional yang digunakan oleh suku di daerah yang tinggal di dataran tinggi atau pegunungan dengan suku yang tinggal di daerah rendah atau pesisir.

Senjata tradisional Sumatera Barat berupa Karih, Kerambik, Rudiut, Piarit, belati, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.Selain alat musik tradisional, Sumatera Barat juga memiliki beberapa senjata tradisional yang berkembang dimasyarakat Sumatera Barat. Senjata Tradisional ini selain dipergunakan untuk berburu, mempertahankan diri dan juga dipergunakan sebagai kelengkapan / aksesories.

Senjata Tradisional Jawa Tengah

Senjata Tradisional Jawa Tengah

Senjata tradional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara garis besarnya hampir sama, hanya membedakan morfologi, bentuk dan ornamen dari senjata tradisional tersebut, yaitu Keris.
Sejak zaman dulu, keris selalu menjadi lambang kekuatan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya, keris tidak berbeda dengan senjata tradisional lainnya. Bermata tajam serta digunakan untuk memotong, menusuk, atau mengiris. Pada masa lalu, keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, atau klan. Keris seorang raja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda tapi juga detil-detil perhiasan perangkat pelengkapnya pun berbeda.
Pembuatan
Keris telah dibuat oleh para empu pembuat keris sejak zaman dulu. Campuran antara materi baja dengan meteorit, dengan teknik tempa lipat, menjadikan keindahan fisik keris terbentuk.
Pamor
Dalam dunia perkerisan, dikenal istilah pamor daden. Pamor daden adalah pamor atau “cahaya” yang terbentuk secara spontan, tanpa rekayasa sang empu pembuat keris. Menurut percobaan yang dilakukan, keris biasanya memiliki kandungan radioaktivitas yang tinggi, oleh karenanya perlu ada cara untuk menetralkannya.
Salah satu cara menetralkan bahaya radiasi itu dengan menyarungkan bilah keris ke dalam rangka kayu tertentu. Kayu-kayu yang biasa digunakan adalah kayu Timoho, Trembalu, Cendana, Awar-awar, Galih asem, Liwung, atau gading gajah.

Senjata Tradisional Jawa Barat

 Halo berjumpa lagi dengan hidup simpel, kali ini kita akan membahas tentang senjata tradisional Jawa Barat mulai dari Kujang, Balincong, Patik, Bedog, Congkrang, Arit dan Sulimat.
Dari banyaknya jenis senjata tradisional tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya Jawa Barat atau kita kenal sebagai suku Sunda sangat kaya akan budaya daerahnya seperti senjata tradisional. Terbukti senjata tradisional tersebut masih eksis dan digunakan sampai saat ini.
Berikut tim hidup simpel akan rangkum 7 senjata tradisional Jawa Barat. Cekidot.

1. Senjata Tradisional Jawa Barat (Kujang)

alampedia.blogspot.com
Kujang merupakan senjata tradisional dari Jawa Barat yang mana oleh masyarakat Sunda disakralkan dan dianggap magis. Kujang menurut masyarakat Jawa Barat berasal dari bahasa sunda kuno yaitu kata Kudi dan Hyang.

Fungsi Kegunaan Senjata Tradisional Kujang

Beberapa fungsi kegunaan senjata kujang bagi masyarakat Sunda diantaranya
  1. Digunakan sebagai lambang atau simbol contohnya logo pemerintah atau organisasi
  2. Peralatan Pertanian, hal ini berdasarkan naskah kuno sanghyang. Masyarakat sunda biasa menggunakannya untuk menebang kayu, memangkas tumbuhan dan nyacar. atau bisa disebut Kujang pamangkas
  3. Sebagai hiasan untuk pajangan. kita bisa saksikan di rumah warga sunda di temboknya dipasang kujang.
  4. kujang pusaka. Pada zaman dahulu digunakan sebagai senjata perang.
  5. Kujang pusaka, yaitu lambang keagungan dan pelindungan

Rumah Adat Jawa Barat


Masyarak Sunda atau biasa disebut dengan istilah Urang Sunda memilki kebiasan yang sangat ramah, sopan, bersahaja, dan bersifat optimis. Dengan begitu dapat selaku masyakat timuran baik untuk mencontoh kebiasan dari Urang Sunda.
Sifat-sifat orang Sunda tersebut memang tak bisa dipungkiri. Selain kita dapat langsung membuktikannya dengan bergaul bersama mereka, kita juga dapat melihat rumah adatnya yang mengandung simbol-simbol kepribadian mereka.
Nah selain memilki kebiasaan yang baik, Jawa Barat memilki rumah adat yang khas sebagai ciri khas daerah setempat. Tidak hanya Jawa Barat, dinegara kita setiap daerah memilki kebudayaan rumah adat khas masing-masing.
Namun di artikel ini saya akan membahas rumah adat yang ada Jawa Barat. Yuk kita baca sampai selesai jangan sampai kelewatan ya !
Rumah Adat Jawa Barat
Jawa Barat memilki kebudayaan keunikan tersendiri yang dijadikan ciri khas penduduk setempat. Rumah adat Jawa Barat sendiri memiliki dua jenis rumah adat yang sangat populer di negeri ini khususnya Jawa Barat. Disetiap rumah adat Jawa Barat mempunyai nilai filosofi yang sangat tinggi terutama dalam design dan perpaduan warna.
Rumah adat Jawa Barat memiliki berbagai nama tergantung dengan daerahnya asalnya. Selain itu design pun berbeda-beda anatara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi dengan keadaan lingkungan sekitar.
Selain dipengaruhi masyarakat setempat, ada maksud fungsi dari pebedaan itu yaitu agar terjaga dari musibah alam seperti hujan, angin, longsor, dan cuaca yang extrim.

Rumah Adat Bali

Bali, selain dikenal memiliki eksotisme alam yang luar biasa, juga telah diakui banyak kalangan sebagai provinsi yang memiliki banyak keunikan budaya. Masyarakat Bali secara umum dianggap mampu mempertahankan budaya yang telah diwariskan nenek moyang mereka meski telah berpuluh-puluh tahun digempur dengan masuknya banyak orang asing –terutama wisatawan yang datang dengan membawa budaya-budaya baru. Salah satu bentuk lestarinya budaya asli Bali dapat kita lihat dari adanya desain rumah adat yang sangat familiar dan hampir digunakan semua penduduk Bali, yakni rumah adat bernama Gapura Candi Bentar yang kini juga telah resmi menjadi rumah adat Bali. Rumah Adat Bali Rumah adat satu ini adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai Hindu. Beragam keunikan dari sisi arsitekturnya maupun dari makna filosofis yang terkandung di dalamnya menjadikan rumah adat Bali ini begitu menarik untuk diketahui lebih detail. Nah, di artikel kali ini kami akan mengulas keunikan-keunikan dari rumah adat bernama Rumah Gapura Candi Bentar ini khusus untuk Anda. 1. Struktur Ruangan Rumah Nama Gapura Candi Bentar yang dimiliki rumah ini sebetulnya berasal dari desain gapura atau pintu masuknya yang diukir sedemikian rupa sehingga tampak seperti candi. Gapura ini berukuran cukup besar dan dibangun tanpa atap penghubung. Hanya ada 2 bangunan candi yang kembar saling berhadapan dan saling terpisah. Keduanya hanya dihubungkan oleh beberapa anak tangga dan pagar pintu yang biasanya dibuat dari besi. Melongok ke bagian dalam pagar tembok (panyengker), kita akan melihat bahwa rumah adat Bali ini memang sarat dengan nilai-nilai Hindu. Terdapat sebuah bangunan suci di depan rumah yang biasa digunakan untuk bersembahyang. Sama seperti gapura, bangunan tempat ibadah yang bernama Sanggah atau Pamerajan itu juga dipenuhi dengan ukiran dan ornamen-ornamen khas Bali beserta totem-totem pemujaan. Di tempat inilah sesaji diletakan para wanita setiap hari. Adanya tempat ibadah dalam desain rumah adat Bali merupakan bukti nyata kuatnya masyarakat Bali dalam memegang erat falsafah Asta Kosala Kosali. Falsafah ini mengatur hidup masyarakat Bali tentang hubunganya dengan Tuhan, hubungannya dengan manusia lain, dan hubungannya dengan alam. Masuk ke bagian dalam rumah, kita akan melihat beberapa ruangan yang memiliki fungsinya masing-masing. Panginjeng Karang. Ruangan ini merupakan tempat untuk memuja yang menjaga pekarangan. Bale Manten. Ruangan ini merupakan tempat untuk tidur kepala keluarga, anak gadis dan tempat menyimpan barang-barang berharga. Bagian ini juga sering digunakan bagi pasangan yang baru menikah. Bale Gede atau Bale Adat. Ruangan ini merupakan tempat untuk upacara lingkaran hidup. Bale Dauh. Ruangan ini merupakan tempat untuk bekerja, digelarnya pertemuan, dan tempat tidur anak laki-laki. Paon. Ruangan ini merupakan dapur yang digunakan sebagai tempat memasak Lumbung. Ruangan ini merupakan tempat untuk penyimpanan makanan pokok, seperti padi dan hasil bumi lainnya. 2. Material Bangunan Secara umum, material yang digunakan untuk membangun rumah Gapura Candi Bentar tidak dapat disamaratakan karena pengaruh tingkat ekonomi dan strata sosial pemiliknya. Untuk masyarakat biasa, dinding rumah ini biasanya dibangun menggunakan speci yang dibuat dari tanah liat (popolan), sementara untuk golongan bangsawan biasanya dibangun menggunakan tumpukan bata. Adapun atapnya sendiri bisa dibuat dari genting tanah, alang-alang, ijuk, atau sejenisnya sesuai dengan kemampuan finansial pemilik rumah. 3. Nilai-Nilai Dalam Rumah Adat Bali Selain berfungsi sebagai ikon budaya dan tempat tinggal, rumah Gapura Candi Bentar nyatanya juga mengandung beragam nilai filosofis yang menggambarkan kearifan lokal budaya Masyarakat Bali. Dalam pembangunan misalnya, rumah adat ini dibuat melalui serangkaian proses panjang, mulai dari proses pengukuran tanah (nyikut karang), ritual persembahan kurban dan mohon izin kepada leluhur untuk mendirikan rumah (caru pengerukan karang), ritual peletakan batu pertama (nasarin), proses pengerjaan, dan kemudian ditutup dengan upacara syukuran saat rumah selesai dibangun. Semua ritual tersebut pada intinya dilakukan dengan tujuan agar rumah yang didirikan dapat memberikan manfaat terbaik bagi si pemilik rumah. Ada pula beberapa aturan lain yang terdapat dalam tata letak dan pengaturan bagian rumah adat Bali ini. Umumnya, sudut utara dan timur rumah menjadi tempat yang disucikan, sementara sudaut barat dan selatan memiliki derajat kesucian yang lebih rendah. Hal ini membuat kita selalu menemukan tempat ibadah di sudut utara dan timur, dan tempat buang air, kamar mandi, dan penjemuran berada di sudut barat dan selatan. Nah, demikian sekilas pemaparan yang dapat kami sampaikan tentang arsitektur rumah adat Bali yang bernama rumah Gapura Candi Bentar. Semoga dengan gambar dan penjelasan setiap sudut bagian rumah yang telah kami sampaikan, Anda dapat semakin tertarik untuk mengenal rumah adat ini secara lebih dekat. Sekian, dan jangan lupa lanjutkan membaca artikel kami berikutnya tentang rumah adat Nusa Tenggara Barat untuk memperkaya wawasan budaya Anda.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-bali-gapura-candi-bentar.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara memiliki beberapa tempat bersejarah seperti Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas di dunia. Selain itu mas...